Muhammad Gufran Padjalai |
Tulisan ini tidak hendak menguraikan hal-hal serius tentang politik berkaitan dengan kata dorong atau didorong. Selain karena saya bukan politisi yang bisa menguraikan kriteria ideal seorang politisi untuk bisa dipercaya menerima amanah rakyat. Juga saya bukan pakar dan atau sekaligus pengamat yang bisa menjelaskan bagaimana sebaiknya seorang politisi agar bisa mendapatkan simpati dan kepercayaan rakyat.
Tentang kata dorong atau didorong ini, saya justru ingat pada suatu kondisi yang sering dialami pengendara dan kendaraannya di jalan. Ya, kendaraan di jalan. Jadi jelas kendaraan yang saya maksud bukan partai politik, tetapi kendaraan dalam arti yang sesungguhnya: sepeda motor, mobil dan lain-lain.
Menyebut kata dorong atau didorong pada kendaraan di jalan mungkin seketika membawa imajinasi pembaca pada situasi dimana kendaraan yang sedang berada di jalan tersebut mengalami masalah: mesin mogok, starter mobil tidak berfungsi karena accu mati, ban sepeda motor kempis atau barangkali sepeda motor tersebut kehabisan bahan bakar.
Ya benar sekali. Kondisi inilah yang sering mengharuskan kita mendorong kendaraan di jalan beberapa meter hingga berkilometer jauhnya untuk sampai ke satu tujuan.
Namun sebelum mendorong atau didorong, tindakan yang sebaiknya lebih awal dilakukan adalah mengecek keduanya: yang mendorong dan yang akan didorong. Yang mendorong pastikan memiliki kekuatan yang cukup atau lebih. Dan yang tak kalah pentingnya adalah pastikan kondisi kendaraan, perlu didorong karena apa.
Jika hanya perlu untuk menggerakkan mesin agar menyala, maka tentu tidak perlu persiapan sampai berkilometer jauhnya. Hanya perlu didorong beberapa meter saja dan pastikan mesin sudah akan meyala. Jika karena bahan bakar, maka pastikan dimana tempat terdekat untuk mendapatkan bahan bakar. Jangan sampai anda mendorong sia-sia berkilometer jauhnya.
Demikian pula halnya jika masalahnya karena ban sepeda motor anda kempis atau ada masalah pada mesinnya. Pastikan ada bengkel terdekat dan bisa menyelesaikan masalah tersebut. Tapi ini tentu tidak berlaku untuk mobil yang kempis atau mengalami masalah pada mesin. Untuk mobil yang kempis atau bermasalah pada mesin, butuh tindakan lain.
Bahkan beberapa kondisi terpaksa mengharuskan kita batal melanjutkan perjalanan karena mesin kendaraan benar-benar mogok atau mungkin kita sendiri sebagai pengendara atau pengemudinya, sudah tidak sanggup berkendara atau mengemudi dan karenanya harus berhenti.
Kata dorong atau didorong pada kendaraan di jalan terutama dalam hubungannya dengan pengendara, sebenarnya tidak hanya terbatas pada kondisi seperti masalah yang disebut di atas atau semisalnya. Kata dorong atau didorong pada kendaraan dan pengendaranya di jalan juga tidak selalu bermakna secara fisik melibatkan tenaga atau cucuran keringat. Ia bisa saja hanya berupa sentuhan lembut disertai nasehat agar berhati-hati di jalan, atau bahkan hanya berupa kata-kata penyemangat dan setelahnya kendaraan bersama pengendaranya melesat cepat meski jalan tak lurus mengarah ke tempat tujuan dengan mulus.
Dorong atau didorong pada kendaraan di jalan dengan dorong atau didorong pada politik terutama di tahun politik seperti saat ini meski tidak persis sama namun analoginya bisa mendekati.
Oleh karena itu, layaknya mendorong kendaraan di jalan,mereka yang mengaku mendorong dan yang merasa didorong menuju punggung kontestasi politik di tahun politik seperti saat ini sebaiknya terlebih dahulu melakukan tindakan awal dengan mengecek kondisi masing-masing. Baik mereka sebagai yang mengaku mendorong pun oleh siapa yang merasa didorong.
Apakah kendaraan bersama pengendaranya yang didorong kondisinya hanya butuh sekedar sentuhan lembut sebagai penyemangat atau sekedar kata-kata nasehat berhati-hati di jalan, atau jangan-jangan harus butuh tindakan lain dari sekedar dorongan karena mesin kendaraannya benar-benar rusak atau mogok sehingga memaksa untuk membatalkan niat berangkat, atau barangkalu justru pengemudinya yang tidak siap berangkat.
Kesadaran pada kondisi masing-masing baik sebagai yang mengaku mendorong dan atau yang merasa didorong inilah yang kemudian seringkali melahirkan tindakan mengejutkan di tengah persiapan menuju panggung kontestasi politik semisal Pileg atau Pilkada. Dan karenanya kemudian, bertemulah kita pada kenyataan adanya dorongan (dukungan) yang di-cut ataupun sebalikinya berupa munculnya politisi kutu loncat.
0 Response to "Dorong, Panggung Politik dan Kendaraan di Jalan"
Posting Komentar