Oleh: Muh Gufran Padjalai |
KIRA-KIRA dua pekan terakhir, setiap malam -- juga kadang-kadang siang kalau lagi di rumah -- saya selalu dibuat tidak tenang dengan kehadiran banyak nyamuk yang tiba-tiba muncul seperti pesawat tempur Jepang menyerang Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Peal Harbor - Hawaii, 7 Desember 1941. Lalu pertempuran antara nyamuk dengan saya pun benar-benar tidak terelakkan.
Amunisi andalan saya adalah telapak tangan yang justru sering menjadi senjata makan tuan. Senjata ini juga tidak bisa diandalkan kecuali kalau sudah kembali siuman. Tidak bisa sambil tidur.
Kalau sudah begitu, senjata pamungkas saya adalah anti nyamuk bakar yang asap kecilnya saya bayangkan seperti ledakan bom atom yang dijatuhkan dari perut pesawat B-29 Enola Gay yang dikemudikan Paul W. Tibbets, 6 Agustus 1945 yang menghancurkan penduduk Kota Hiroshima.
Tapi kebingungan saya bukan pada situasi pertempuran saya dengan nyamuk yang tentu saja selalu berhasil saya menangkan. Pertanyaan bingung saya adalah dari mana datangnya nyamuk-nyamuk yang sungguh benar-benar tahu diri ini karena selalu mampu menunjukkan eksistensinya sebagai mahluk pengisap darah?
Padahal seluruh lobang angin di seluruh ruangan rumah sudah saya pasangi rang nyamuk. Juga saya saksikan mayat-mayat nyamuk itu bergelimpangan ketika kami terlibat peperangan. Ini tentu saja membingungkan tapi akhirnya saya temukan jawabannya. Dan butuh beberapa hari untuk mengetahui hal itu. Itupun saya dapatkan secara kebetulan. Bagaimana saya temukan? Di akhir tulisan ini nanti saya ceritakan.
Sebelum itu, saya akan uraikan terlebihdahulu sebuah pelajaran besar yang saya petik dari kejadian kecil ini. Bahwa sebuah kerusakan atau kebocoran kecil pada sebuah fungsi di bagian lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan fungsi di bagian yang lainnya, bisa menimbulkan kerusakan fatal dan dampak bahaya yang lebih luas di banyak bagian lain jika dibiarkan atau didiamkan karena menganggap bahwa di bagian yang mengalami kerusakan atau kebocoran kecil tersebut, fungsinya tetap berjalan baik dan tidak terganggu.
Demikian halnya pada fungsi dalam suatu lembaga atau fungsi pada penyelenggaraan pemerintahan daerah atau bahkan negara. Hal-hal yang sering dianggap kecil dan sepele karena tidak secara langsung terlibat mengatur kerja suatu lembaga atau jalannya pemerintahan suatu daerah atau negara sehingga kerusakan kecilnya tidak dikhawatirkan akan menganggu jalannya fungsi lembaga atau fungsi penyelenggaraan pemerintahan, namun karena diabaikan, akhirnya bisa menjadi celah masuknya potensi kerusakan atau bahaya besar yang dapat berakibat fatal dan berdampak luas pada kepentingan lembaga, daerah atau bahkan negara.
Kalau daerah atau negara saya ibaratkan seperti rumah dengan saya serta anggota keluarga lainnya sebagai rakyat, maka masuknya banyak nyamuk ke dalam rumah yang setiap saat siap menghisap darah dengan bonus bibit penyakit yang siap ditancapkan adalah ancaman dan bahaya besar yang bisa berakibat luas dan sangat fatal.
Pertama, tidur di rumah jelas tidak akan pulas. Tapi yang lebih dikhawatirkan lagi adalah ancaman penyakit malaria, demam berdarah atau mungkin chikungunya. Dan penyakit ini melalui gigitan nyamuk bisa menyerang siapa saja tak kenal usia. Bahkan bisa dalam waktu bersamaan para penghuni rumah terjangkit semuanya.
Karena itu tentu tak salah jika mengusir nyamuk di rumah di awal tulisan ini saya bahasakan sebagai perang dengan penggunaan senjata pamungkas yang saya imajinasikan seperti bom atom yang meluluhlantakan kota Hiroshima.
Tentu saya tak bermaksud menjadikan 140.000 jiwa penduduk kota Hiroshima seperti nyamuk yang sewajarnya dibasmi dengan alat canggih ciptaan manusia, namun dengan mengenang peristiwa itu, saya ingin mengingatkan, bahwa peristiwa tersebut adalah tragedi kemanusiaan yang tidak perlu terjadi lagi bahkan dengan bentuk yang sangat kecil sekalipun hanya karena memperturutkan nafsu manusia yang selalu ingin menguasai.
Cukuplah nafsu ingin menguasai itu kita aktualisasikan dengan tujuan demi kemaslahatan bersama kemudian tindakan yang dilkaukan atas nama kekuasaan itu, bertujuan agar tidak terjadi masalah lebih besar yang bisa berakibat fatal bagi semua.
Misalnya usaha kecil saya yang ingin menguasai situasi di rumah dengan mencari tahu darimana asal datangnya nyamuk sehingga bisa masuk menginvasi ruang tidur yang merupakan daerah kekuasaan saya.
Dan jawaban itu akhirnya saya dapat melalui gayung air di kamar mandi. Jentik nyamuk terciduk bersama air yang saya ambil dari penampungan air itu. Dari mana jentik itu? Bukankah nyamuk tidak bisa masuk untuk meletakkan telurnya karena semua sudah tertutup rapat termasuk lobang angin di kamar mandi?
Analisa saya bekerja. Sampailah saya pada kesimpulan bahwa jentik nyamuk ini masuk melalui pipa saluran air yang bersumber dari tandon (penampungan) air hujan di luar rumah. Memang sudah bebearapa hari penutup tandon berupa jaring halus yang saya pasang sebelumnya jatuh akibat angin kencang.
Secara langsung, jatuhnya jaring halus tersebut tidak menganggu fungsi tandon. Air tetap bisa ditampung dan bisa dialirkan ke dalam rumah. Namun hilangnya jaring halus tersebut memberi kesempatan induk nyamuk menyelinap masuk dan bertelur ria di dalam tandon, dan buka - tutup kran di dalam rumah dijadikan kesempata bagi nyamuk untuk menyelundupkan telur atau jentiknya ke penampungan air di kamar mandi.
Solusinya, saringan mulut tandon harus diperbaiki. Jaring halus harus dipasang kembali dan ditutup rapat. Bukan karena fungsi tandon yang menampung dan mengalirkan air ke bagian-bagian lain di dalam rumah terganggu karena hilangnya saringan, tetapi justru karena dia (tandon) terhubung dengan sistem saluran air yang sampai ke fungsi-fungsi lain di dalam rumah yang kemudian dimanfaatkan oleh nyamuk untuk masuk, menganggu, menghisap darah dan membahayakan seluruh penghuni rumah. (*)
0 Response to "Bermula dari Tandon"
Posting Komentar