Satu sudut kawasan bumi perkemahan pramuka di Cibubur, Jakarta Timur. Sejauh-jauh mata memandang dan kaki melangkah, kehijauan semata-mata. Di sini, macet dan gaduhnya Jakarta sungguh tak bersisa.
Terhampar 400 hektare di sudut ibukota, Buperta Cibubur kini dikelilingi kawasan padat perumahan, pusat bisnis, jalan tol dan tentu saja diincar para pengusaha. Di tengah kian sedikit dan mahalnya lahan untuk menghunjam tiang-tiang beton, saya bayangkan tetesan air liur orang-orang yang begitu mengidamkan kawasan ini menjadi uang. Ya, uang semata-mata.
Berkali-kali telah mereka coba, dari Restoran Mang Engking yang melobi pengelola untuk membangun kawasan restoran sampai pengusaha besar yang hendak membenahi kawasan parkirnya.
Dan tentu saja kita maklum: pada mulanya hanya parkir, lalu kantor, lalu mal, lalu apartemen.... dan lain-lain.
Untunglah, zaman segera berubah. Pengurus Kwartir Nasional Pramuka yang dulu getol hendak "bekerja sama" dengan pengusaha swasta sudah pula berganti. Godaan meng-uang-kan kawasan Cibubur mendapat penentangan dari berbagai penjuru. Saya -- yang pertama kali ke Jakarta sebagai peserta Jambore Nasional Pramuka 1986 hehe -- ada di barisan mereka.
Tentu kian hari kawasan ini kian menggoda pula. Lahan luas makin mahal dan makin langka. Tapi para pengurus Kwarnas Pramuka tentu berpikir panjang untuk coba mengakali -- seolah-olah hendak membenahi, menggandeng pengusaha durjana, tapi ujungnya membangun mal belaka.
Jangan sampai termakan tulah bumi Cibubur: nikmat sesaat berujung bui bertahun-tahun.
Oleh: Tomi Lebang
0 Response to "Tentang Cibubur "
Posting Komentar