KEPADA saya disampaikan sebuah keterangan yang berisi informasi menarik. Katanya keterangan tersebut datang dari seseorang. Bukan isi informasinya yang akan saya ulas di sini, tetapi soal sumber informasi tersebut.
Saya dan juga orang yang bercerita kepada saya itu, sama-sama telah memiliki setumpuk pengalaman dan pengetahuan dengan orang atau sumber informasi. Juga kami tahu bayak tentang siapa dan bagaimana perilaku sumber informasi.
Oleh karena itu, mendengar keterangan tersebut, saya tidak bisa fokus pada isi informasinya, sebab entah mengapa, tiba-tiba saya teringat sebuah ungkapan yang sering saya dengar di kampung.
Dalam bahasa kampung saya Aralle, ungkapan tersebut kurang-lebih kalimatnya seperti ini: "napatamao di baba pudungna".
Jika diartikan kata-perkata ungkapan tersebut, maka bisa diterjemahkan seperti ini: dimasukkan kamu ke pintu (lobang) hidungnya.
Adakah orang yang bisa dimasukkan ke lobang hidung? Tentu mustahil. Tapi itulah ungkapan, yang bermakna kiasan, artinya tidak berarti sebenarnya.
Seseorang bisa saja (dalam arti kiasan) telah dimasukkan ke lobang hidung oleh orang lain disebabkan karena kedunguan dan ketidak tahuannya. Dungu karena tidak memberdayakan pikirannya dan tidak tahu karena tidak mau mencari tahu.
Lalu bagaimana seseorang bisa telah dimasukkan oleh orang lain ke dalam lubang hidung? Untuk mengetahui itu, mari kita lihat penggunaan ungkapan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Biasanya ungkapan ini diucapkan oleh seseorang ketika orang tersebut mendapatkan cerita atau keterangan dari orang lain, dimana sumber pertama keterangan yang disampaikan tersebut, berasal dari seseorang yang sudah sangat dikenal oleh orang yang mendapat cerita atau keterangan tersebut.
Contoh 1: Si B mengatakan kepada Si A bahwa dirinya diberi atau dijanjikan sesuatu oleh Si C. Si A dan juga Si B, sudah sama-sama tahu siapa Si C.
Bahkan menurut Si A, Si C telah dikenal luas suka membual dan suka menyampaikan informasi-informasi bohong atau menebar janji-janji kosong.
Karena itu ketika Si B menceritakan sesutu kepada Si A bahwa Si C mengatakan dan menjanjikan sesuatu kepada Si B, maka dengan ketus Si A berkata kepada Si B:
"Eh .. B, mau-maunya kamu dimasukkan ke lobang hidungnya Si C," kata Si A.
Contoh2: Si A didatangi oleh Si B. Kepada Si A, Si B bercerita bahwa suatu hari dirinya mencari sesuatu yang dia butuhkan, tetapi tidak tahu dimana harus mencarinya.
Lalu ia (Si B bertemu dengan Si C yang menawarkan bantuan dan menunjukkan jalan dan tempat di mana Si B bisa menemukan sesuatu yang dia butuhkan itu.
Tapi apa yang terjadi? Jangankan menemukan apa yang dicari. Si C justru membawanya Si B melalui jalan yang tidak jelas arahnya, kemudian mereka tersesat dan akhirnya pulang tanpa hasil apa-apa dan masih syukur tidak terjadi apa-apa selain tentunya waktu terbuang sia-sia.
Dalam contoh 2 ini, Si B tidak tahu banyak tentang siapa dan bagaimana Si C. Dan karena Si A tahu siapa Si C, Si A lalu berkata kepada Si B:
"Kasi'na, napatamao di baba pudunna Si C. Ceh .. akanna mupakannyangngi .." Kata si A kepada si B.
Artinya: "Kasihan, dimasukkan kamu ke lubang hidungnya Si C. Ceh .. Mengapa kamu percaya ..." Kata Si A kepada Si B.
Lalu mengapa Si B dikatakan oleh Si A bahwa Si B telah dimasukkan ke lobang hidunya Si C?
Jawabnya; Sebab menurut Si A, si B bahkan mungkin semua orang, juga sudah dari awal tahu siapa Si C. Tapi mengapa masih juga Si B tidak tahu atau seolah tidak tahu dan mau mendengarkan dan melanjutkan atau mengikuti apa yang dikatakan Si C.
Padahal menurut Si A dan juga seharusnya Si B, apa yang dikatakan atau apa yang dijanjikan oleh Si C itu sebenarnya adalah omong kosong belaka. Dan Si C memang selalu begitu. Tidak pernah sejalan kenyataan dengan apa yang dia sampaikan.
Ditegur atau bahkan dimarahi sekalipun, bagi Si C itu sudah tidak mempan. Setelahnya pasti Si C membual lagi, bohong lagi dan menebar janji kosong lagi.
Akibat kebiasaan itu. Orang-orang jadi maklum saja dengan perilkau Si C. Orang-orang mungkin mendengarkan ceritanya, tapi tidak pernah lagi percaya. Orang seperti Si C, jika diibaratkan seperti burung: maka membual, berbohong dan menebar janji kosong sudah menjadi suaranya atau sudah menjadi bunyinya (kicauannya).
Namanya burung, bernyanyi mungkin masih didengarkan tetapi kemudian hilang terbang bersama angin. Karena itu ada juga istilah kabar burung, yaitu kabar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Dan jika ada seseorang yang sebenarnya tahu atau tidak tahu bahwa sudah bunyinya Si C begitu tapi kemudian mau mendengarkan atau sampai percaya dan mau melanjutkan atau mengikuti kata-kata yang disampaikan Si C, maka pada saat itu orang tersebut dikiaskan sudah masuk ke lobang hidunya Si C .
Sekalipun cuma dikiaskan, tetapi tentu saja kita sepakat bahwa tidak seorangpun yang akan mau dimasukkan ke lubang hidungnya orang lain. Sebab kita manusia bukan mahluk sekecil nyamuk yang pun pasti tidak akan mau masuk lubang hidung. Pertama lubang hidung sempit dan yang kedua silahkan banyangkan sendiri ..
Oleh karena itu, agar tidak sampai dimasukkan ke dalam lobang hidung oleh orang lain. Maka perlu cek and ricek saat mendengar suatu informasi atau keterangan dari orang lain.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." Al Quran Surat 49 (Al Hujuraat) Ayat 6.
Sebelum percaya dan sebelum bertindak atas informasi dan keterangan yang dikatakan dan disampaikan itu, cek deskripsi dan kata-katanya, uji atau konfirmasikan dengan tingkah laku, sikap, tindakan dan hasil perbuatannya.
Jika orangnya bisa dipercaya, terbukti dengan tindakan, perbuatan dan hasil perbuatannya berdasarkan informasi cek and ricek, maka dapat diikuti. Jika tidak, hati-hati Anda masuk lubang hidung.
Dalam melakukan cek and ricek untuk mengetahui sebelum percaya sepenuhnya pada seseorang, tentu jangan mencari yang sempurna. Sebab tidak ada orang yang tanpa celah.
Tapi ibaratnya ketika celana kolor berlubang yang akan ditambal, kain aslinya sudah juah lebih sedikit dan kecil dari kain yang akan digunakan menambal, maka sebaiknya kolor itu dibuang dan diganti saja dengan yang baru. Sebab bisa dibayangkan, tentu apa yang kita sebut kolor itu sudah tak berbentuk kecuali hanya potongan kain kumal.
Wallahu a'lam bissawab
0 Response to "Orang yang Dimasukkan Ke Lobang Hidung"
Posting Komentar