KALI ini saya akan bercerita sedikit tentang guru yang bertugas di daerah terpencil. Tapi sebelum itu, saya akan menguraikan tentang profesi guru.
Guru adalah profesi dan tugas mulia. Guru mempunyai memiliki peran besar dalam membentuk seorang anak menjadi pribadi yang berguna. Seorang yang sukses dalam hidupnya, memiliki sederet prestasi, tidak lepas dari peran seorang guru. Gurulah yang menjadikan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dan menjadi cerdas.
Dalam pembukaan UUD 1945 telah diamanatkan tentang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanah UUD 1945 ini ditujukan kepada kita semua. Dan gurulah yang terdepan dalam tugas ini. Memang dibutuhkan pelibatan banyak pihak, tetapi gurulah ujung tombak dalam upaya ini.
Tentang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah sendiri telah melakukan banyak hal. Salah satunya adalah meningkatkan profesionalisme tenaga pengajar agar dapat mencetak generasi cerdas, bermartabat dan bermoral seperti yang diharapkan.
Ada hal yang selalu sama pada profesi guru di manapun bertugas, yaitu bahwa tanggungjawab mereka besar dan bukan hal yang mudah. Bagaimana tidak, dalam bertugas, guru harus menghadapi siswa yang memiliki karakter beragam.
Dan dalam tanggungjawab yang besa itu, para guru khususnya yang bertugas di daerah terpencil, mereka masih harus dihadapkan pada kondisi serba terbatas yang membutuhkan semangat dan perjuangan lebih.
Memang akan selalu ada masalah dalam tugas dan pekerjaan apapun termasuk profesi guru, tetapi bagi guru yang bertugas di kota, masalahnya tentu akan berbeda dengan mereka yang bertugas di daerah terpencil.
Guru di kota, sudah bisa menikmati fasilitas yang menunjang tugas sehari-hari. Tetapi guru yang bertugas di daerah terpencil, jangankan dilengkapi fasilitas belajar-mengajar, hanya untuk menjangkau daerah tempat tugas mereka saja, mereka kadang harus “jatuh bangun”.
Kisah-kisah "jatuh bangun" inilah yang sering saya dengar dari cerita teman saya yang bertugas di tempat terpencil. Maklumlah, teman saya ini seorang perempuan, jadi ada semacam perasaan takut yang katanya kerap menghinggapi benaknya ketika berangkat ke tempat tugasnya yang harus melintasi kebun-kebun penduduk yang sepi bahkan harus keluar masuk hutan belantara.
Cerita-cerita teman saya ini kadang-kadang disertai hal-hal mistis. Katanya, bila melintasi hutan, selalu saja ada hal-hal aneh yang terjadi dan ia rasakan.
Karena itulah, ia mengatakan, bila menuju tempat tugas, dia selalu menaruh sesuatu dikendaraanya yang menurutnya dapat “penangkal” setan atau roh-rah jahat.
Ia juga tidak lupa selalu memutar kaca spion motornya. Alasannya, bila kaca spionnya berada pada posisi semestinya, biasa saja dia melihat penampakan. Ngeri juga ya?
Cerita guru seperti teman saya di atas, sering kita lihat atau dengar, lewat televisi, koran dan media sosial. Pada intinya, betapa perjuangan mereka sungguh luar biasa. Seringkali mereka harus terpisah dari keluarga yang mereka cintai.
Itu tentang mereka yang dari daerah lain dan bertugas di daerah terpencil. Guru yang memang tinggal di daerah terpencil dan mengabdi di daerahnya juga mengalami nasib yang tidak klah menyedihkan.
Ada yang harus mengajar sampai empat kelas bahkan enam kelas sekaligus menjadi kepala sekolah. Ada juga hanya dibantu oleh guru honorer.
Hal seperti ini sering terjadi jika ada guru dari kota yang sebelumnya ditÙgaskan di nsekolah itua, mun sudah tidak sanggup jadi harus kembali ke kotanya.
Saya kadang berfikir mengapa pemerintah tidak mengadakan pengangkatan khusus saja. Beri kesempatan pada putra- putri daerah terpencil yang memiliki kapasitas untuk diangkat jadi tenaga pendidik.
Dengan begitu diharapkan guru-guru itu tidak akan kemana-kemana lahi. Tidak akan berfikir untuk pindah tugas dengan catatan guru-guru “khusus” ini mendpatkan fasilitas dan dari segi pengahasilan mereka disejahterakan.
Dengan begitu diharapkan kualitas anak didik juga akan meningkat sekalipun tinggal jauh di pedalaman, sebab mereka menerima pendidikan yang layak. Tidak hanya diajari membaca dan menulis.
Dasarnya adalah anak-anak, bangsa ini mempunyai hak yang sama dengan anak-anak lainnya. Dan faktanya, tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak “kampung” juga memiliki potensi. Itu bisa kita lihat hari ini, ada banyak pembesar-pembesar di negeri ini yang berangkat dari daerah terpencil.
Berangkat dari cerita-cerita guru di daerah-daerah terpencil, dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di negeri ini masih banyak menyisakan “pekerjaan rumah” bagi pemerintah dan tentunya kita semua.
Saat ini pemerintah akan merekrut guru untuk ditugaskan di daerah terpencil dengan program GURU GARIS DEPAN DAERAH TERPENCIL yang sifatnya permanen tidak seperti program Indonesia mengajar yang sifatnya sementara.
Semoga guru-guru terpencil ini tak patah arang dalam mengemban amanahnya demi kecerdasan anak didik demi kelansungan hidup bangsa ini di masa depan.
Saya sangat mengapresiasi para guru-guru terlebih mereka yang di daerah terpencil pantaslah mereka menyandang “Pahlawan".
Penulis: Niar Asny