Pagi tanggal 20 Mei, teman saya sedang memperhatikan foto-foto kegiatan upacara pengibaran bendera di sebuah halaman kantor yang diupload salah seorang temannya di media sosial. Teman saya tertawa karena katanya, upacaranya hanya dihadiri beberapa orang, sebab kebetulan beberapa pejabat dan staf di kantor itu sedang tugas luar. Bagi teman saya upacara yang sepi itu menarik perhatian tersendiri. Lucu, mungkin juga kasihan.
Saya lalu bertanya: Ada apa ketawa-ketawa dengan foto itu? Dia lalu mengatakan bahwa upacaranya sepi.
Pertanyaan saya selanjutnya adalah: Upacara apa sih hari ini? dijawabnya bahwa peringatan hari kebangkitan nasional. Isenga saya bertanya lanjut: Apa itu hari kebangkitan nasioanal? Jawabnya: Ya hari kebangkitan nasional.
Iya, maksud saya apa yang melatar belakangi peringatan itu, sebab pasti ada peristiwa yang menandai tanggal 20 Mei dujadikan sebagai hari kebangkitan nasional.
Beberapa yang hadir di situ tidak ada yang tahu. Lalu saya katakan cari saja di google. heheh....
Setelah dicari di google inilah jawabannya yang katanya dia baca dari wikipedia:
Kebangkitan Nasional adalah Masa di mana Bangkitnya Rasa dan
Semangat Persatuan, Kesatuan, an Nasionalisme serta kesadaran untuk
memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah
muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua
peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah
Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis
yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.
Asal usul Kebangkitan Nasional
Pada tahun 1912 berdirilah Partai Politik pertama di
Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij. Pada tahun itu juga Haji
Samanhudimendirikan Sarekat Dagang Islam (di Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan
Muhammadiyah (di Yogyakarta), Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi
Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang. Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia
bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi sebenarnya diawali dengan
berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.
Serikat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi
pedagang Cina pada waktu itu. Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan
sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.
Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi
Poetera, menulis "Als ik eens Nederlander was" ("Seandainya aku
seorang Belanda"), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana
pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia
Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat
dihukum dan diasingkan ke Banda danBangka, tetapi karena "boleh memilih",
keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu
pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.
Semoga manfaat...