Berdasarkan alasan di atas, maka pemimpin yang asli Sulbar yang dimaksud di sini, sebenarnya lebih merujuk pada kualitas pribadi sang pemimimpin dalam hal memahami dan menerjemahkan bukan hanya dalam kata-kata manis, tetapi dalam aksi yang nyata dari apa yang menjadi keinginan, kebutuhan dan yang terbaik untuk mayoritas masyarakat dan daerah Sulbar.
Dan sesungguhnya itulah hakikat dasar dari karakter kepemimpinan yang harus dimiliki oleh siapapun yang hendak merelekan dirinya menjadi tumpuan harapan rakyat di suatu wilayah termasuk Sulbar tanpa melihat pemimpinnya dari mana dan rakyatnya siapa.
Dalam konteks Pilgub Sulbar 2017 mendatang, pertanyaannya adalah, bagaimana jika ada orang yang datang dari luar wilayah Sulbar tetapi memiliki peran yang sangat berarti dalam membangun Sulbar, serta mempunyai misi dan visi yang benar-benar mencerminkan pemimpin asli Sulbar dalam pengertian seperti yang saya sebut di pargaraf kedua di atas?
Jawabnya, silahkan maju dan biralah rakyat yang akan menilai, memilih dan akan mengevaluasi.
Sebab syarat yang dibuat-buat dan seolah menghendaki bahwa seorang calon pemimpin di Sulbar nenek moyangnya harus lahir di Sulbar sejak pertama kali bumi ini didiami manusia bukan jaminan mutlak bahwa kelak ketika duduk, ia akan benar-benar mengenal seluk-beluk tentang Sulbar, tentang masyarakat Sulbar secara asli, nyata dan detail, serta tentang apa yang harus dilakukan yang terbaik untuk Sulbar dan rakyatnya.
Bisa jadi calon pemimpin yang lahir dan besar di Sulbar tersebut justru kebingungan akan membagaimanakan Sulbar dan rakyatnya, karena sang calon selama hidupnya, hanya tahu kampungnya di Sulbar dan ia terkungkung dalam ketidak pahamannya bahwa masih banyak daerah lain di luar Sulbar yang telah maju karena berani menerima perubahan termasuk membuka diri kepada calon pemimpin dari luar.
Banyak pemimpin daerah seperti itu. Mereka dalam mengelola daerahnya sama seperti memperlakukan rumah pribadinya sendiri seenak hati.
Makanya kemudian jangan heran, jika yang bermental seperti ini, jika duduk sebagai kepala daerah, yang diperkaya, yang diperhatikan hanya orang-orang dekatnya. Yang dihidupi dan disejahterakan adalah orang-orang yang akan terus memujanya.
Yang dikembangkan adalah wilayah-wilayah dimana hidup agen-agennya yang akan terus bekerja menekan rakyat dalam mendukungya demi kekuasaan yang diharapkan diraih dengan kekuatan tangan besi.
Orang lain tidak perlu diperhatikan. Orang lain tidak pantas disejahterakan. Atau mungkin akan diperhatikan dan diberi sedikit tetapi harus takluk bertekuk lutut dan tunduk di bawah kendali nafsu serakah si penguasa.
Menderita sekalipun hidup sebagai rakyat di Sulbar jika bukan kerabat, atau sesama orang Sulbar tetapi tidak mengikuti kehendak sang penguasa, persetan! Tidak ada urusan.
Untuk itu, kenalilah calon-calon pemimpin yang katanya akan maju di Pilgub Sulbar mendatang. Mereka di antaranya ada yang bekas bupati dan atau ada juga masih memegang jabatan-jabatan lain.
Jika ada calon gubernur yang akan maju di Pilgub Sulbar nanti muncul dengan model seperti yang disebut terakhir di atas, maka katakan kepadanya; Ke laut saja! Sebab rakyat Sulbar akan memilih seorang pemimpin dan bukan penguasa.
Pemimpin yang dipilih itu akan bekerja memenuhi harapan rakyat, bukan untuk mendapat puja dan pujian dari rakyat layaknya seorang pria yang bertolak pinggang seraya tersenyum puas di hadapan sekumpulan bocah yang bersuka-ria karena baru saja diberinya hadiah gula-gula.
Pemimpin yang dikehendaki rakyat adalah ia yang bekerja melayani dan melindungi serta menjamin kehidupan sejahtera kepada siapapun yang berada di bawah tanggungjawabnya. Ingat dan garis bawahi kata sejahtera, untuk semua, tanpa kecuali.